
Depok, 27 Februari 2025 – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) kembali menggelar aksi tanam sorgum sebagai bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Acara yang digelar di Etalase Budaya Tanam FIB UI ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Dr. Taufik Asmiyanto (Wakil Dekan FIB UI), Dr. Lily Tjahjandari (Ketua PPKB FIB UI), Trisya Suherman (Ketua Umum Moeldoko Center), dan Dewi Fajar Marhaeni (Ketua Bakoel Budaya).
Ini merupakan kedua kali FIB UI berkolaborasi dengan Moeldoko Center dalam aksi tanam sorgum. Sebelumnya kegiatan serupa telah dilakukan dengan menanam sorgum di polybag. Kali ini, kegiatan difokuskan pada pembuatan display sorgum untuk memperkenalkan berbagai jenis sorgum, khususnya Bio guma 1, 2, dan 3, kepada masyarakat luas.

Trisya Suherman, Ketua Umum Moeldoko Center, menegaskan pentingnya sorgum sebagai alternatif pangan yang sehat dan ramah lingkungan. “Sorgum ini mudah ditanam, tahan terhadap cuaca ekstrem, dan bisa menjadi solusi untuk kemandirian pangan. Di tingkat global, sorgum sudah diakui sebagai superfood karena kandungan nutrisinya yang tinggi dan bebas gluten. Kita tidak boleh ketinggalan dengan negara-negara seperti Amerika dan China yang sudah giat membudidayakan sorgum,” ujarnya.
Moeldoko Center, telah aktif mendistribusikan benih sorgum secara gratis kepada instansi dan petani di berbagai daerah. Hingga saat ini, program tersebut telah menjangkau 265 hektar lahan. “Kami berharap sorgum bisa menjadi salah satu menu dalam program makan bergizi gratis yang dipelopori oleh Pak Prabowo dan Mas Gibran,” tambah Trisya.

Sorgum tidak hanya bermanfaat sebagai sumber pangan, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Biji sorgum dapat diolah menjadi beras, tepung, atau bahan baku kue. Batang sorgum bisa diolah menjadi gula, sedangkan gabahnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. “Hasilnya sangat bagus untuk ternak, seperti sapi yang lebih gemuk dan sehat,” jelas Trisya.
Dari segi kesehatan, sorgum telah terbukti memiliki banyak manfaat. Berbagai penelitian internasional menyebutkan bahwa sorgum kaya akan nutrisi dan baik untuk mencegah berbagai penyakit. “Sorgum ini gluten-free, sehingga sangat cocok untuk orang-orang dengan intoleransi gluten atau yang sedang menjalani diet sehat,” ujarnya.
Trisya berharap, aksi tanam sorgum ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk turut serta membudidayakan sorgum. “Kami berharap banyak petani dan penggiat yang mau menanam sorgum. Saat ini, pasokan sorgum masih terbatas, sehingga harganya relatif tinggi. Dengan semakin banyaknya petani yang menanam, harga bisa lebih terjangkau dan kesejahteraan petani pun meningkat,” ujarnya.
FIB UI, melalui Etalase Budaya Tanam, akan menjadi showcase bagi benih sorgum Bio Guma 1, 2, dan 3. Ke depan, diharapkan sorgum bisa menjadi komoditas pangan utama yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Sorgum ini adalah masa depan. Mari kita bersama-sama menjadikan sorgum sebagai bagian dari solusi pangan sehat dan berkelanjutan,” pungkas Trisya.
Acara ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah dalam upaya mencapai kemandirian pangan. Dengan sorgum sebagai salah satu pilar utamanya, Indonesia siap menghadapi tantangan pangan di masa depan.