
Jakarta – Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menuai apresiasi dari kalangan legislatif atas gagasannya menjadikan Ibu Kota sebagai pusat perfilman nasional. Salah satu dukungan datang dari Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Farah Savira, yang menilai bahwa Jakarta memang sudah selayaknya menyandang status sebagai kota perfilman.
“Jakarta ini adalah jantung industri film Indonesia. Hampir seluruh proses produksi film tanah air berlangsung di sini,” ujar Farah saat ditemui di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (14/4).
Politisi Partai Golkar itu menilai, potensi Jakarta dalam dunia sinema tidak hanya dari sisi produksi, tapi juga dari kekuatannya sebagai media promosi kota. Farah mencontohkan bagaimana film-film besar kerap menjadi jembatan pengenalan kota ke mata dunia.
“Ketika orang bicara James Bond, mereka langsung teringat London. Lihat juga bagaimana Laskar Pelangi membuat Bangka Belitung jadi tujuan wisata. Film punya daya magis dalam mempromosikan kota,” paparnya.
Ia pun mendorong agar Pemprov DKI lebih aktif memfasilitasi para sineas yang ingin mengangkat Jakarta dalam karya mereka. Dengan begitu, berbagai sudut kota bisa muncul sebagai ikon baru yang dikenang lewat layar lebar.
“Kita perlu selektif dalam mendukung film-film yang bisa menjadi representasi Jakarta dan membuka peluang sektor lain seperti pariwisata,” tegasnya.
Langkah Rano Karno untuk memprakarsai Jakarta Film Festival pun disambut antusias. Festival ini dirancang berskala internasional dan menjadi salah satu strategi menjadikan Jakarta sebagai kota global dalam ranah seni dan budaya.
“Pemprov DKI akan terus mendukung industri perfilman nasional, dan kami ingin warga juga terlibat dengan cara menonton film-film lokal di bioskop,” ujar Rano.
Dengan kekuatan budaya, sejarah, dan urbanisasi, Jakarta diyakini memiliki modal kuat untuk menjadi “etalase” perfilman Indonesia di mata dunia.